Saya teringat pertama kali saya mengenal buku. Saya duduk bersama kakak saya di ruang tengah lantai dua sambil membaca buku little mermaid. Buku dengan tokoh putri setengah ikan yang dipopulerkan oleh perusahaan Disney. Saya masih ingat dengan jelas, seperti apa kejadian saat saya sedang dibantu mengeja oleh kakak saya. Di luar dugaan saya, ternyata pengalaman sederhana saya tersebut akan sangat mempengaruhi minat baca saya di masa depan.
Lama waktu berselang, ketika saya di kelas salah satu perkuliahan di psikologi, saya belajar bahwa hal-hal yang berkesan akan lebih mudah diingat sepanjang hidup kita. Kebanyakan adalah pengalaman-pengalaman negatif dan traumatis yang cenderung akan terus melekat. Bahkan ia bisa masuk ke alam bawah sadar kita, pikiran sadar kita menganggap bahwa kita telah melupakannya, padahal kenyataannya tidak. Hal ini tentu juga berlaku saat kita mengalami hal yang sangat membahagiakan. Pengalaman menyenangkan yang kita lalui akan meninggalkan kesan yang mendalam sehingga sulit dilupakan.
Saya menduga, pengalaman pertama saya membaca dengan kakak saya adalah pengalaman yang begitu berkesan sehingga sekarang, 28 tahun kemudian, saya masih dengan mudah mengingatnya. Pengalaman itu pula yang membantu saya untuk terus-menerus berusaha mendapatkan kesenangan yang sama dari kegiatan membaca, hingga saya jatuh cinta pada buku.
MEMBANGUN PONDASI KOKOH MINAT BACA ANAK
Mengenalkan buku pada anak pertama kali, ibarat membangun sebuah pondasi kecintaan dan kebiasaan anak membaca di kemudian hari. Ibarat sebuah rumah, pondasi dibuat sesuai dengan kebutuhan rumah tersebut. Jika Moms menyuruh tukang untuk membuat pondasi satu lantai, Anda tidak mungkin bisa membangun rumah dua lantai di atasnya.
![]() |
Mengenalkan anak dengan buku yang sesuai dengan usianya merupakan salah satu upaya menumbuhkan minat baca anak |
Sama dengan pengalaman pertama membaca, membangun pondasi minat baca anak sangat tergantung pada pengalaman awal membaca dan tentu saja, buku apa yang dibaca. Jika Moms ingin membuat kadar minat baca anak Anda lebih tinggi, Moms tentu perlu menyiapkan pondasi yang lebih kuat sejak awal.
MEMBUAT ANAK MENCINTAI BUKU YANG DIBACANYA
Selain buku-buku karya enid blyton yang menjadi koleksi awal saya saat kecil, buku-buku komik keluaran elex seperti doraemon dan sailor moon termasuk buku yang mendominasi rak buku saya kala itu. Kenapa komik? Bukannya buku seperti itu tidak bermanfaat?
Bagi saya, ya dan tidak. Secara konten, buku-buku semacam itu memang kurang berfaedah, namun dari kesenangan yang saya peroleh dari membaca buku, saya menemukan kecintaan saya pada buku. Kebiasaan itu terbentuk dari awal kebiasaan saya membaca komik. Saya senang baca komik dan berangsur kesenangan saya membaca merambah ke buku lain. Itulah yang menjadikan buku apa yang dibacakan pada awal pengalaman anak membaca menjadi sangat penting untuk menumbuhkan minat bacanya.
Apa sih yang membuat buku itu menarik bagi anak? Mulai dari tampilannya, anak kecil cenderung masih sangat visual, karena perkembangan indera pengelihatan yang belum sempurna. Itu mengapa, warna-warna kontras pada buku akan lebih menari minat baca pada anak dibandingkan warna yang lebih kalem. Ilustrasi-ilustrasi menarik dan font atau tulisan yang berbentuk round shape juga akan lebih mudah dibaca oleh anak.
Selain tampilan buku, isi cerita juga amat mempengaruhi minat baca anak. Isi cerita yang lebih berhubungan dengan kehidupan anak dan sesuai dengan minatnya tentu akan lebih mudah disukai oleh anak dibandingkan dengan buku yang tidak ia minati.
Seperti anak saya, si bungsu, yang suka sekali dengan kucing dan anjing. Buku-buku dengan tokoh kedua hewan tersebut akan lebih dipilih olehnya dibandingkan dengan tokoh buku lainnya.
MEMBANGUN KEBIASAAN DARI PENGALAMAN YANG MENYENANGKAN
Selain buku yang dibaca, pengalaman membaca juga menjadi elemen yang penting dalam membangun pondasi minat baca anak. Dalam bukunya Jim Trelease, "The Read-Aloud Handbook" menyebutkan, pengalaman membaca anak sejak dini amat mempengaruhi minat baca anak ketika ia berusia lebih besar. Hal ini tentu juga mempengaruhi kemampuannya dalam membaca.
Pengalaman apa yang dimaksud? Intensitas anak dibacakan buku oleh orang tuanya, sesering apa anak terpapar oleh buku sampai berapa banyak jumlah buku yang dimiliki baik pribadi maupun milik perpustakaan di lingkungan anak.
Membacakan cerita pun ada seninya. Saat membacakan buku pada anak, penting untuk menyesuaikan intonasi bahkan bunyi suara untuk memudahkan anak untuk lebih memahami cerita. Jadi, kalau membacakan buku untuk si kecil jangan datar seperti kita membaca teks book ya Moms.
![]() |
Salah satu buku yang cocok dibacakan pada anak usia dini. Kalimatnya pendek dengan frasa berulang, namun perlu dibacakan dengan intonasi yang beragam |
Perubahan intonasi, juga membantu anak untuk tetap fokus pada cerita. Kemampuan fokus anak balita umumnya hanya berkisar tujuh menit, sedangkan anak yang lebih besar hanya dapat bertahan di 12 menit. Itu kenapa, sebaiknya buku anak tidak ditulis dengan kalimat yang terlalu panjang. Dalam membacakannya pun, perpindahan intonasi harus sering dilakukan agar anak tidak bosan.
Jangan sampai pengalaman membaca dimaknai anak sebagai kegiatan yang kurang mengasyikan, bosan dan tidak menggugah. Seperti cerita saya di awal, bahwa pengalaman membaca pertama saya ternyata menjadi kunci kecintaan saya terhadap kegiatan membaca.
Mulai dengan sering membacakan buku pada anak dan biarkan anak memilih buku kesukaannya sendiri. Agar minat baca dan kecintaan anak terhadap buku tumbuh berkembang seiring dengan bertambahnya rasa ingin tahu pada dirinya.
Buku sekarang ini bersaing keras dgn gadget jd perlu perjuangan untuk menumbuhkan literasi pd.anak....salam kenal mba
BalasHapusbetul ya, dimulai sejak dini agar menjadi suatu kebiasaan positif
BalasHapus