Akuilah bahwa mengasuh anak lebih banyak menggunakan rasa dan lebih sedikit menggunakan logika. Karena itulah mengasuh anak disebut dengan seni. Mengasuh menggunakan hati bukan hanya otak, maka tak perlu terintimidasi dengan teori-teori. Karena sesungguhnya teori pengasuhan anak hanya sekadar referensi, bukan untuk ditelan mati. Perlakukan anak lebih manusiawi dengan hati, bukan menjadi tropi untuk menunjukan prestasi.
Beberapa waktu lalu di grup Whatsapp emak-emak alumni kuliah saya terjadi diskusi yang cukup seru. Beberapa ibu curhat betapa mereka merasa terintimidasi dengan program salah satu komunitas yang dirasa terlalu idealis. Beberapa dari mereka merupakan anggota dari komunitas tersebut, namun justru merasa semakin enggak kompeten karena enggak bisa mengikuti program-program komunitas tersebut dengan baik.
Saya pun termasuk anggota komunitas tersebut dan mengakui kalau program komunitas tersebut memang cukup menantang untuk diikuti. Namun, saya tidak lantas berkecil hati dan beranggapan program dalam komunitas tersebut terlalu ideal.
Menurut saya, komunitas berfungsi sebagai pendukung dan pengungat anggotanya. Adapun komunitas yang memberikan aturan ketat (misalnya dengan mengeluarkan anggota yang enggak mampu mengikuti program yang sudah disepakati) adalah bentuk upaya komunitas tersebut untuk serius menerapkan program dan aturan yang sudah mereka buat.
Program-program yang dibuat dalam komunitas kan dibentuk oleh anggotanya sendiri. Jadi, seharusnya program tersebut sudah menjadi kesepakatan bersama. Adapun anggota baru yang bergabung kemudian, tentu sudah paham konsekuensi dari bergabung dalam komunitas tersebut. Itu kenapa penting untuk mempelajari visi dan misi komunitas. Bukan sekadar bergabung tanpa tahu aktivitas dari komunitas yang diikuti.
Teori Pengasuhan Anak Sebagai Pendukung, Bukan Perundung.
Alasan utama para ibu tersebut justru merasa terintimidasi adalah karena mereka merasa pola asuh yang mereka terapkan ternyata jauh dari harapan, tidak sesuai dengan teori pengasuhan dan salah kaprah. Bagi saya, dalam mengasuh anak sebetulnya hanya ada satu kunci, bahagia. Dalam mengasuh anak, baik Anda dan buah hati harus merasa bahagia menjalaninya. Anda bahagia menjalani peran sebagai ibu dan buah hati Anda tentu saja harus bahagia dalam pengasuhan Anda.
Lalu, apa gunanya teori pengasuhan anak? Tentu saja ada. Teori pengasuhan anak membantu Anda untuk lebih terarah dalam mengasuh buah hati. Bukan hanya menggunakan intuisi, apalagi coba-coba. Namun yang perlu diingat adalah teori pengasuhan menurut para ahli tidak selalu dapat diterapkan secara sama. Banyak faktor yang membuat Anda harus melakukan penyesuaian.
![]() |
Teori pengasuhan anak dibuat bukan untuk menyeragamkan cara mengasuh anak, tapi untuk menjadi referensi untuk cara mengasuh yang lebih terarah |
Anda membesarkan anak manusia, bukan membuat robot. Menerapkan teori pengasuhan anak tidak sama dengan menerapkan teori matematis. Dalam mengasuh buah hati, kita semua tahu kalau teori pengasuhan sering kali tidak sesuai kenyataan. Maka tak perlu rungsing atau berkecil hati, ketika teori pengasuhan yang Anda ketahui ternyata tidak semudah itu diterapkan untuk mengasuh anak Anda.
Baca juga: MENCIPTAKAN SINERGI MENGASUH BUAH HATI
Fleksibel Bukan Bodo Amat
Meskipun teori pengasuhan anak tidak bisa diterapkan secara ajeg, bukan berarti Anda bisa mengasuh secara serampangan. Anda perlu tahu dan membaca cara mengasuh yang ideal, lalu menyesuaikan yang ideal tersebut dengan kondisi keluarga Anda.
Dalam masyarakat tentu juga ada norma yang mengikat, bahkan Anda sendiri tentu punya nilai yang ingin diturunkan pada buah hati. Jadi, tujuan mengasuh anak Anda tetap perlu didefinisikan dengan jelas, sesuai dengan norma yang berlaku dan nilai Anda sebagai orang tua. Karena membesarkan anak tidak bisa dilakukan seperti mengalir dengan air.
Lalu, Apa yang Harus Saya Lakukan?
![]() |
Terapkan teori pengasuhan anak secara fun. Karena pada dasarnya mengasuh anak adalah kegiatan yang menyenangkan |
- Jadilah orang tua terbaik dari versi Anda. Tidak perlu terintimidasi dengan teori-teori yang ada. Terapkan yang sesuai, sedang sisanya bisa Anda endapkan sebagai pengetahuan.
- Fokuslah pada usaha terbaik demi kebahagiaan Anda dan keluarga. Lupakan omongan dan komentar orang. Mereka tidak tahu standar yang keluarga Anda miliki. Mereka pun belum tentu lebih baik dari Anda.
- Tetap niatkan untuk memberikan usaha yang terbaik bagi keluarga Anda. Niat yang tulus dari diri Anda akan dapat dirasakan oleh anak-anak. Percayalah! Apa yang Anda perbuat dengan tulus ikhlas akan tampak bahkan tanpa Anda mengucapkannya.
- Kebahagiaan Anda juga penting. Jangan terlalu keras pada diri sendiri. Anda dan ananda adalah manusia dan manusia tidaklah sempurna. Maka berhentilah berusaha menggapai kesempurnaan yang tidak mungkin Anda capai.
- Manusiakan anak, karena mereka bukan tropi penghargaan. Secara tidak sadar, kebanyakan dari orang tua beranggapan bahwa anak harus berperilaku semestinya agar tidak membuat malu. Kalau sudah begitu, apa yang sebetulnya penting bagi kita sebagai orang tua, Kebahagiaan keluarga atau muka diri sendiri?
Intinya adalah jangan menelan mati teori pengasuhan anak, tetapi kita tetap perlu mencari tahu sebagai referensi. Tidak perlu terintimidasi saat Anda melihat orang tua lain tampak lebih cakap mengasuh anak. Karena Anda pun tak tahu, kalau mereka mungkin juga punya PR yang sedang mereka selesaikan.
So, make parenting fun!
kalau saya sih , teori2 itu ssebagai masukan begitu juga anasehat dari orangtua, selebihnya aku modifikasi sesuai dg kebutuhan anak2aku, jadi gak terlalu persis sama yang ada di teori
BalasHapusBetul! Kita membesarkan anak manusia, bukan robot ya Bun😆. Kalau terlalu saklek dengan teori bisa stres sendiri.
Hapus